BPCB Jambi: Selain Tempat Ibadah, Candi Kedaton Diperkirakan Juga Tempat Tinggal Acharya

SeeJambi- Candi Kedaton, salah satu candi yang yang berada di kompleks percandian Muaro Jambi. Candi Kedaton ini merupakan situs terluas di kawasan Candi Muaro Jambi.

Candi Muaro Jambi sendiri memiliki luas lebih dari 4 hektar. Candi ini pun sempat jaya selama 4 abad atau pada abad 9-12 Masehi.

Saat ini, Candi Kedaton masih dalam tahapan pemugaran. Pada pemugaran yang sudah ke 12 kali ini banyak menunjukkan hasil bagi para arkeologi dan sejarawan serta para peneliti.
Dari keterangan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi, Agus Widiatmoko menjelaskan pemugaran Candi Kedaton yang belakangan ini terjadi, secara tak langsung menegaskan candi tersebut tidak hanya berperan sebagai tempat untuk beribadah namun juga digunakan untuk tempat tinggal dan tempat untuk mempelajari filsafat Budha. 

Alasan tersebut berdasarkan banyaknya penemuan berbagai ruang seperti sekat atau tembok pemisah antara ruang ke ruang yang lain. Selain itu, ada juga pagar serta alat kebutuhan sehari-hari yang terbuat dari keramik dan terdapat pula sumber air bersih.

"Pemugaran yang dimaksud sudah mencapai tahap ke-12, yang hasilnya menunjukan Candi Kedaton memiliki ruangan yang terbilang banyak. Saat ini, sudah terlihat pagar dan banyak dinding tembok yang memisahkan sebuah ruangan dengan ruangan yang lain," kata Agus Widiatmoko, Selasa (06/10/2020).


Menurutnya, Candi Kedaton ini diperkirakan sebagai tempat tinggal yang diperkuat dengan temuan arkeologis terkait dengan kebutuhan sehari-sehari. Temuan yang dimaksud misalnya keramik dan sumber air bersih. 

"Di salah satu ruangan, kita menemukan sumber air bersih. Saat dilakukan pemugaran ditemukan keramik dan pecahan-pecahan wadah. Artinya, fungsinya bukan hanya sebagai tempat ibadah. Jauh lebih dari itu, juga sebagai tempat tinggal," ungkapnya.

Agus juga memprediksi bahwa Penghuni Candi ini, kemungkinan adalah para guru yang mengarahkan filsafat budha. Zaman dulu namanya Acharya, yang mengajarkan ajaran terkait filsafat budha. 

Dari bentuk ruang, Agus berpendapat ruangan dan pondasi atap di Candi Kedaton dahulu juga ada yang berbahan kayu karena sudah terurai, bagian itu tidak bisa ditemukan. 

Penggunaan kayu yang dimaksud adalah hasil kearifan lokal di masa lampau. Walaupun bangunan Candi Kedaton memiliki pola ruangan dan gaya arsitektur yang sama dengan candi di India, Candi Kedaton memiliki karakteristik tersendiri. 

"Ada adaptasi lokalnya, ada kemungkinan di dalamnya ada juga bangunan berbahan kayu. Kalau di India bangunan seperti ini yang termasuk vihara kadang menggunakan tembok dan atap dari bata," pungkasnya.