Gajah Sumatera Betina Koleksi Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi Mati

SeeJambi - Satu koleksi satwa yang dimiliki oleh Kebun Binatang di Taman Rimba Jambi berkurang, karena Seekor Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) betina yang bernama Yanti mati pada Kamis 8 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB.

Gajah Betina yang berbobot 2,8 Ton dan berusia 38 tahun ini merupakan pemberian dari Bupati Bungo pada tahun 1985 untuk dirawat di taman rimba.

Dengan kematian Gajah Betina ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi langsung melaksanakan konferensi pers terkait kronologi kematian Yanti di kebun binatang Jambi pada Jumat 9 Oktober 2020. Pada saat itu, juga dihadiri oleh Di as Tanaman Pangan Holtikultura dan Ketahanan Pangan, UPTD Taman Satwa Taman Rimbo Jambi dan Tenaga Ahli Gajah PKBSI.

Kronologi
Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh memaparkan kronologi dan tindakan biasa dilakukan terhadap gajah tersebut. Dirinya mengatakan setiap hari Senin, Yanti digemblakan sekitar areal Kebun Binatang di bagian depan dan sore harinya dikembalikan lagi ke kandang. Kondisi semua gajah terus diawasi oleh Mahout.
Selasa, 06 Oktober 2020 
Mahout mencurigai ada sesuatu yang tidak biasa pada Yanti karena tak mampu memasukkan makanan ke mulutnya. Saat diperhatikan, ternyata ada pembengkakan di pangkal belalai.

Melihat kondisi Yanti yang tak mampu menyuapkan makanan sendiri, tim yang terdiri dari Medis, Mahout dan Keeper melakukan observasi terhadap kondisi Yanti. Agar Yanti tetap bisa makan, tim pun melakukan pertolongan dalam penyuapan makanan.

Pada sore hari (Sekitar Pukul 18.00 WIB) Yanti mulai berbaring dan masih bisa untuk berdiri sendiri seperti biasanya. Sampai malam, Tim terus memantau kondisi Yanti.

Malam (Sekitar Pukul 22.30 WIB) Yanti yang berbaring ternyata tak lagi mampu untuk berdiri dan hanya mampu menggerakkan kakinya. Kondisi seperti itu, membuat Tim medis memberikan tindakan dengan memberi Infus (Terapi Cairan) dan obat-obatan.

Rabu 07 Oktober 2020
Sekitar pukul 02.00 WIB, kondisi Yanti makin melemah. Pergerakan kakinya pun semakin berkurang. Tak patah semangat, Tim berupaya memberi Yanti makan dengan makanan yang sudah diblender dan disuapi dengan menggunakan selang.

"Dilakukan terapi cairan/infus dan obat-obatan dan kemudian Tim medis melaksanakan pengambilan sampel Laboratorium (darah), sebagai upaya peneguhan Diagnosa Penyakit," ungkap Kepala BKSDA Jambi.

Sorenya, (Sekitar pukul 18.00 WIB), hasil pemeriksaan darah pertama keluar dengan hasil hemoglobin rendah, dan  Malamnya (pukul 20.00 WIB), hasil pemeriksaan darah kedua dengan hasil, keratin kinase tinggi. 

Kamis, 8 Oktober 2020
pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, perkembangan kondisi kesehatan Yanti semakin menurun yang ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan, gigi mulai merapat, dagu dan rahang kaku (logjaw) dan kesadaran melemah. 

"Sekitar pukul 09.45 WIB, kondisi gajah yanti semakin menurun terjadi dehidrasi akut, sehingga Tim Medis melakukan tindakan pemberian cairan melalui anus (rectum) sebanyak 19 liter. Sekitar pukul 10.15 WIB, gajah Yanti mati," pungkasnya.

Keterangan Tim Dokter 
Menurut keterangan dokter yang menangani, drh. Wisnu Wardana, drh. Zulmanudin, drh. Yuli Akmal, drh. Yuli, drh. Tarmizi dan drh. Elfridayanti, dugaan sementara satwa gajah mati disebabkan oleh tetanus. 

Namun untuk mengetahui penyebab kematian, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut bagian-bagian organ jantung, hati, ginjal, isi lambung, paru dikirim ke Balai Besar Veteriner Baso, Bukit Tinggi, Padang, Sumatera Barat.

Untuk hasil pemeriksaan, kondisi gajah Yanti dilihat dari body condition score baik dengan nilai 3,2 (range nilai 1-5). Perilaku normal dan kesejahteraan bagus. Tampak sehat tidak gejala sakit atau keluhan apapun sampai dengan hari selasa tanggal 6 Oktober 2020.

"Hasil Nekropsi sementara, adanya pendarahan di otot jantung, ada penebalan ventrikel di otot jantung  dan adanya pembengkakan pada organ hati," tutupnya.

Sementara itu, bangkai Yanti telah di kubur agar Alfa, gajah jantan pasangan Yanti di Taman Rimba Jambi tidak mengalami stres.

"Penyakit tetanus ini tidak menular, selain itu kandang Yanti sudah di semprot desinfektan," kata Wisnu Wardana.

Kematian Yanti dikhawatirkan akan menjadi kehilangan besar bagi pasangannya, Alfa gajah jantan yang selama beberapa tahun terakhir ini selalu hidup berdampingan sebagai pasangan.

Kilas Kedatangan Yanti di Taman Rimba
Gajah Sumatera Betina ini merupakan hasil penyerahan dari Bupati Bungo dan diserahkan kepada Sri Sudewi yang merupakan istri dari Gubernur saat itu yaitu Maskun Sofwan. 

Penyerahan gajah betina ini ke taman rimba saat umur masih 3 tahun pada tahun 1985  dengan kondisi fisik terdapat luka kaki akibat jerat. Anak gajah ini sendirian lantaran ditinggalkan oleh induknya. Di kebun binatang inilah, anak gajah betina ini mendapatkan perawatan insentif hingga pulih. 

Anak gajah betina ini diberi nama Yanti oleh Sri Sudewi. Yanti menjadi satu-satunya koleksi gajah di kebun binatang taman rimba Jambi hingga tahun 2012.

Demi dalam memenuhi kebutuhan biologis satwa, BKSDA menambahkan satu gajah jantan dengan nama Alfa. Harapan penambahan tersebut untuk memenuhi kesejahteraan satwa dan dapat berkembang biak. Meski di jodohkan, namun upaya tersebut tak membawakan hasil.